Kamis, 28 Oktober 2010

merapi belum aman

 
YOGYAKARTA -- Gunung Merapi masih berpotensi untuk meletus lagi dalam waktu dekat. Setelah tenang sehari pasca meletus pada Selasa 26 Oktober lalu, Kamis 28 Oktober pukul 16.13 WIB, gunung berapi paling aktif di dunia itu kembali memuntahkan awan panas.

Awan panas kemarin meluncur hingga empat kilometer. Meski mengarah ke barat dan tidak menimbulkan korban jiwa, aparat yang berwenang tetap siaga. Barikade larangan memasuki wilayah kaki Merapi hingga radius 10 km pun masih dipasang.
Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandrio membenarkan adanya luncuran awan panas tersebut. "Seharian ini (kemarin) memang meningkat (aktivitasnya)," katanya.
Rinciannya, hingga pukul 18.00 WIB kemarin, terjadi guguran (longsoran material gunung) hingga 51 kali, 10 kali gempa vulkanis B dangkal (termasuk kategori menengah), sekali gempa tektonik, dan 35 kali multibass (gempa vulkanik yang berhubungan dengan pembentukan kubah).
Secara singkat, data teknis tersebut jauh di atas ambang normal data tektonik Merapi ketika "tidur". "Tapi, belum sampai setingkat data tektonik beberapa hari sebelum Merapi meletus Selasa lalu," paparnya.
Apalagi, pukul 16.13, tercatat wedhus gembel meluncur sejauh 4 km ke arah barat yang kemudian disusul guguran besar pukul 16.35 yang juga mengarah ke barat. "Jadi, Merapi masih berstatus awas," tegasnya.
Kemarin di Dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang menjadi lokasi terparah dampak Merapi, berlangsung evakuasi ternak dan penguburan sapi-sapi yang mati. Hingga kemarin, tercatat lebih dari 300 ekor ternak mati.
Untuk korban warga yang tewas, berdasar data PMI Sleman hingga pukul 21.00 malam tadi, jumlahnya sudah mencapai 35 orang. Rinciannya, 29 warga Cangkringan, tiga relawan, seorang wartawan, dan dua lainnya Mr X (belum teridentifikasi).
Saat FAJAR berada di Dusun Kaliadem sekitar pukul 13.00 WIB, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Selain itu, handy talkie tim SAR yang sudah di-setting sedemikian rupa dengan alat deteksi dini mengeluarkan suara melengking. Itu merupakan tanda aktivitas vulkanik Merapi mendadak meningkat. "Suara lengkingannya persis seperti Selasa lalu (saat Merapi meletus, red)," kata Widadi, salah seorang tim SAR di sana.
Kontan, sekitar 15 orang yang tengah beraktivitas di sana langsung kabur. Fotografer Jawa Pos (Grup FAJAR) Boy Slamet yang tengah memotret di sebuah rumah yang hancur mengalami nasib sial. Kameranya terjatuh, lensanya pecah, dan salah satu baterainya hilang.
Kesialan belum berhenti di situ. Begitu keluar rumah, dia langsung mencegat salah seorang pengendara motor yang kabur, tapi ditolak. Akhirnya dia menumpang seorang pengendara lainnya.
Menurut Subandrio, dentuman tersebut bisa jadi merupakan salah satu di antara 10 gempa vulkanis dangkal yang disertai guguran. "Itu mungkin terbaca oleh sistem deteksi dini sebagai peningkatan aktivitas vulkanik," ujarnya.
Hingga pukul 20.00 malam tadi, aktivitas Merapi belum menunjukkan peningkatan lagi. Sinyalnya landai dan beberapa kali ada goyangan. Namun, goyangan sinyal itu tidak signifikan.
Tetap Siaga
Di bagian lain, ahli gunung api dari BPPTK Bandung, Surono, menyatakan bahwa waktu kritis Merapi pasca ledakan adalah empat hari ke depan. "Bila terus menurun hingga empat hari ke depan, Merapi sangat mungkin akan kembali tenang. Namun, ada peluang sama besar untuk tiba-tiba meningkat," ucapnya.
Yang jelas, pengamatan visual terhadap Merapi kemarin tak bisa dilakukan. Sepanjang hari, Merapi tertutup awan dan kabut. Karena itu, penggembungan perut Merapi tak bisa dilihat. Padahal, penggembungan perut Merapi merupakan salah satu indikasi peningkatan signifikan aktivitas vulkanik menjelang meletus.
Malam tadi, tim SAR juga sibuk mengatasi keresahan yang timbul karena beredarnya SMS liar. SMS tersebut berisi, "Besok pagi, Yogya akan dilanda gempa dan Merapi meletus besar. Seluruh Yogya tertutup abu."
Apalagi, sejumlah orang percaya bahwa Jumat Kliwon hari ini adalah "hari keramat" yang ditandai peristiwa dahsyat. Yakni, meletusnya Merapi. "Itu adalah ulah orang tak bertanggung jawab. Isi SMS tersebut tak bisa dipertanggungjawabkan sama sekali," tegas Suranto, koordinator relawan tim SAR dari PMI.
Bahaya Lava Pijar
BPPTK Yogyakarta memperkirakan bahwa Merapi masih berpeluang meluncurkan lava pijar. Hal itu berdasar catatan BPPTK dari letusan-letusan Merapi sebelumnya.
Dijelaskan, setelah meluncurkan awan panas, fenomena Merapi akan memunculkan kubah-kubah lava baru yang menutup lava letusan terdahulu. "Saat ini, status kami masih tetap awas (level IV) atau teratas," kata Kepala BPPTK Subandrio di kantornya.
Dia mengungkapkan, letusan Merapi pada 1786, 1822, 1872, 1930, dan 2006 selalu diikuti magma atau lava pijar. Lava tersebut kemudian membentuk kubah lava yang dapat menimbulkan awan panas. "Semakin besar kubah lava yang terbentuk, awan panas juga kian besar," imbuhnya.
Menurut Subandrio, erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini sulit diprediksi. Hal itu tampak dari kondisi Merapi kemarin yang sempat tenang tapi akhirnya pukul 16.13 kembali meluncurkan awan panas. Awan panas kali ini menjangkau 2,3 kilometer dari puncak Merapi.
Kondisi tersebut, menurut dia, juga belum menampakkan lava pijar yang keluar dari perut gunung. Padahal, jika lava pijar nanti keluar dari puncak gunung, kubah lava lama di sisi selatan yang disebut Geger Boyo berpotensi longsor. Longsoran tersebut diperkirakan membawa volume material lebih dari tiga juta meter kubik.
"Kalau jumlah magma kecil, tidak masalah. Tapi, kalau besar, itu akan longsor sejauh minimal tiga kilometer," lanjutnya.
Subandrio memperkirakan, longsoran material tersebut akan mengancam sampai Kali Kuning dan Kali Boyong di sisi selatan. Peluang longsoran itu memang cukup jauh. Mengingat, tidak semua volume Geger Boyo ikut longsor pada letusan 2006. "Tapi, kami masih akan menunggu perkembangan aktivitas Merapi," tambahnya.
Mbah Marijan Dimakamkan
Spekulasi mengenai jasad yang ditemukan dalam keadaan bersujud di rumah Mbah Marijan kemarin berakhir. Keluarga telah memastikan bahwa jasad tersebut adalah Mbah Marijan.
Menurut Mbah Wignyo, adik Mbah Marijan, yang ditemui setelah pemakaman, pihak keluarga sudah pasrah. "Ini sudah ketentuan Allah. Bahwa kakak saya sudah waktunya dipanggil," katanya. Mbah Wignyo juga meminta media menghormati privasi keluarga.
Jenazah Mbah Marijan kemarin dimakamkan pukul 11.30 di pemakaman Dusun Srunen, Glagah Harjo, Cangkringan, Sleman. Ribuan orang datang melayat. Tampak, antara lain, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan aktor Donny Kesuma. Tampak pula Bupati Sleman Sri Purnomo serta para pejabat di jajaran Muspida Sleman.
Bersama Mbah Marijan, dimakamkan pula Martiyah dan Nurul, ibu-anak yang juga tewas di Kinahrejo. "Ini adalah makam keluarga Mbah Marijan juga. Jadi, memang ini permintaan keluarga," kata Gianto Raharjo, salah seorang kerabat jauh Mbah Marijan.
Pemakaman itu cukup mengecoh para wartawan. Sebab, sebelumnya, semua mengira Mbah Marijan akan dikebumikan di pemakaman Dusun Sidorejo yang terletak tak lebih dari 1,5 km dari rumahnya di Kinahrejo. Apalagi, di pemakaman Dusun Sidorejo juga dimakamkan 21 orang secara masal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar